Rabu, 16 November 2011

Fanatisme Si Tukang Coding

Sikap fanatisme ternyata tidak hanya melanda para suporter sepak bola dan pendukung parpol. Tapi ternyata para programmer juga mengalaminya. Seperti yang saya alami dulu(waktu muda dulu, sekarang dah kakek-kakek kalee..).
Dulu ketika saya pertamakali belajar pemrograman, entah kenapa saya memilih Pascal. Saya masih ingat ketika itu pake Turbo Pascal 7.0 dan TPW 1.5. Nah beberapa waktu kemudian baru tertarik menggunakan Delphi.
Entah kenapa saya jadi jatuh cinta dengan Delphi, mungkin karena kemudahanya, atau kesan pertamanya kalinya atau karena so sweet nya seperti kata bung Imam di delphindo. Nah, karena saking cintanya pada delphi sehingga saya hanya mau mengerjakan projek delphi. Akhirnya ya.. saya rugi sendiri, rejeki pun terbatas pada projek2 aplikasi desktop.  Padahal user/client tak pernah peduli apakah kita coding pake Delphi, C, Java atau yang lain, yang penting aplikasi yg kita buat itu sesuai dengan kebutuhan user.
Akhirnya di tahun  2010 saya mulai belajar PHP dan Java, mumpung ada guru yang yang ngajari. Ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan. Apalagi kalau kita telah menguasai bahasa pemrograman sebelumnya, atau sudah terbiasa mrogram.
So.. marilah kita jangan jadi programmer fanatik. Fanatik terhadap satu tool saja. Benar kata bang Romi Satria Wahono. kurang lebih demikian “bahasa pemrograman hanyalah alat, bukan agama yang harus kita fanatik-i sepanjang hayat”.
Untuk menjadi programmer yang handal dan tak lekang ditelan zaman, hendaknya tidak canggung berhadapan dengan banyaknya pilihan bahasa pemrograman. Kita harus banyak belajar, berkarya, berbagi, bersyukur dan bersabar(ha3x seperti slogan blog ini). Cz bahasa pemrograman tak hanya satu pren.. So berjuanglah. Allahu akbar..

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More